Arab Pra Islam
Oleh; Mr. Hasan
Jika
berbicara soal Islam masyarakat luas khususnya masyarakat Indonesia pasti
secara otomatis langsung mengingat sebuah konsep tentang “kepercayaan” (agama).
Menurut pandangan mayoritas masyarakat (awam)
Islam adalah sebuah agama terakhir yang diturunkan Tuhan melalui
perantara utusan-Nya yang berpedomankan pada kitab suci yang “Insyaa Allah”
pasti akan selalu dijaga keotentikannya oleh pemiliknya (Allah) melalui hafalan
orang- orang alim yaitu al-Qur’an al-Kariim (Qs. al-Hijr [15] : 9) dan juga
berpedoman kepada sunnah rasul-Nya melalui ucapan, perbuatan, kesepakatan,
serta sifatnya yang sering disebut dengan hadis nabi.
Al-Qur’an dan hadis
adalah dua sumber rujukan hukum bagaimana cara manusia mencari jalan kebenaran
ketika mengarungi samudera kehidupan yang begitu luas. Oleh karena itu Allah
menegaskan bahwa “Barang siapa yang ta’at kepada rasul maka otomatis dia ta’at
kepada Allah” (Qs. an-Nisaa [4] : 80) yang diperkuat pula oleh hadis nabi saw.
beliau bersabda : “aku tinggalkan 2 perkara yang jika engkau berpegang teguh
pada keduanya maka kau tak akan tersesat selamanya, yaitu kitab Allah
(al-Qur’an) dan sunnahku”[1]
Menurut ideology
masyarakat luas di Indonesia bahwa Islam adalah agama yang termasuk dalam
konsep “agama samawi” yang
disandingkan dengan Yahudi dan Nasrani. Jika demikian halnya maka iman kita
akan dipertanyakan dikarenakan menganggap bahwa nabi Muhammad saw. lah yang
membawa Islam. Ideology seperti ini sangatlah salah dan harus diubah oleh semua
umat Islam karena Islam bukan dibawa
oleh nabi Muhammad, tapi beliau “melanjutkan” ke-Islam-an yang dibawa oleh
nabi-nabi sebelumnya khususnya pada zaman nabi Ibrahim as. yang bermula di
wilayah penuh dengan ke-jahiliyyah-an.
Wilayah jahiliyyah yang
penulis maksud adalah Saudi Arabia yang terkenal sebagai pusat berkumpulnya
berbagai macam kepercayaan (agama) serta peradaban manusia didalamnya. Bahkan
penulis akan memperdalam kajian ini ditinjau dari beberapa aspek kehidupan
masyarakat Arab sebelum kemunculan nabi terakhir Muhammad saw.
A. Pemetaan Saudi Arabia dan Kondisi Umum Masyarakat Arab
Sebelum Kelahiran Nabi dan Dimunculkan Kembali Islam
Menarik
untuk dibahas berkenaan dengan lokasi Saudi Arabia hingga keseluruhan daerah
yang ada disana; iklim dan letak geografisnya khususnya Mekkah dan Madinah yang
menjadi kota penting bagi Jazirah Arab. Tak kalah penting pula penulis akan
sajikan kondisi umum masyarakat Arab Saudi berupa bahasa, ahklaq dan budi
pekerti, bahkan kondisi dan system ekonomi yang mereka pakai pada masa
tersebut, berikut kami uraikan.
Saudi
Arabia terletak di satu lokasi yang sangat strategis. Bentuknya memanjang dan
tidak segi empat. Ke sebelah Utara Palestina dan Syam, ke sebelah Timur Hirah
dan Dajlah/Tigris dan Eufrat serta Teluk Arab/Persia. Ke sebelah Selatan Samudera
Hindia dan Teluk Aden, dan ke sebelah Barat adalah Laut Merah. Demikian
semenanjung ini dilingkari oleh lautan dan padang pasir.
Pada
abad ke-5 dan ke-6 M, ia terletak antara dua kekuatan super adidaya pada
masanya, yaitu Persia dan Romawi. Masa kini semenanjung atau Jazirah Arab itu
merupakan jalur yang cukup penting untuk menghubungkan Asia, Afrika dan Eropa.
Jazirah
Arab terdiri dari lima bagian, yaitu:
1. Hijaz, yakni daerah yang membentang antara
Ailah (Aqabah) sampai ke Yaman.
2. Yaman, yaitu wilayah yang berbatasan
dengan Laut Arab di sebelah Selatan, Teluk Aden dan Laut Merah di sebelah
Barat, Oman di sebelah Timur, dan Hijaz di sebelah Utara.
3. Tihamah, yaitu daerah dataran rendah
sepanjang pantai Laut Merah.
4. Najd, yakni wilayah tinggi yang membentang
di pegunungan Hijaz menuju Timur hingga padang pasir Bahrain.
5. Yamamah yang berhubungan dengan Bahrain di
arah Timur dan Hijaz di arah Barat.[2]
Begitu
luasnya wilayah Jazirah Arab dan keterbatasan referensi hingga penulis tidak
dapat menjelaskan secara rinci seluruh daerah yang berada di Jazirah arab.Namun
penulis hendak membahas sedikit tentang daerah-daerah penting dari segi
kedudukannya masing-masing di tiap daerah khususnya Mekkah dan Yatsrib
(sekarang Madinah).
Mekkah
pada mulanya hanya sebagai persinggahan kafilah-kafilah yang lewat. Ibnu Katsir
menggambarkan bahwa, Nabi Ibrahim as.
adalah orang pertama yang singgah dan menjadikan tempat bermukim istri beliau
beserta putranya Ismail as dan mengisyaratkan tentang pembangunan Ka’bah.
Lanjutnya, Mekkah adalah daerah yang begitu gersang tanpa ada tumbuhan dan
ketiadaan air.[3]
Mekkah
merupakan wilayah suci, dan karena kesuciannya semua masyarakat pada massa itu
sangat menghormatinya hingga disebut sebagai Tanah Haram. Atas dasar panggilan inilah diharamkan pertumpahan
darah atau penganiayaan baik terhadap manusia, hewan, ataupun tumbuhan di tanah
haram ini.
Syeikh
Ibnu Katsir memaparkan bahwa Mekkah pada awalnya bernama Bakkah[4],
adapun menurut beliau selain dinamai Tanah
Haram, Mekkah dinamai umm al-Quraa
sebagaimana firman Allah swt. dalam al-Qur’an surat al-An’am [6]: 92 sebagai
berikut:
“Dan ini (al-Qur’an) adalah kitab yang telah
Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan)
sebelumnya dan agar engkau memberi peringatan kepada (penduduk) Umm al-Quraa (Mekkah) dan siapa pun
yang di sekelilingnya.”
Kendati
Mekkah merupakan kota suci yang wajib dihormati, tetapi ia tidak dapat
menyaingi kota-kota Jazirah Arab lainnya karena kegersangannya. Seandainya
tidak ada Ka’bah yang diagungkan semua masyarakat Arab, maka Mekkah tidak akan
banyak artinya, ungkap syeikh Quraish Shihab.[5]
Kota
Madinah terletak sekitar 300 mil dari Mekkah. Namanya pun disebut dalam
al-Qur’an (Surat at-Taubah [9]: 101-120). Berbeda dengan Mekkah, Madinah adalah
tempat yang subur; tumbuh berbagai macam tumbuhan dan buah-buahan disana.
Lokasinya pun dahulu sangat strategis karena disanalah jalur perdagangan antara
Selatan dan Utara, juga Mekkah dan Syam.
Kota
ini dibangun (ungkap syeikh Shihab), “ oleh al-‘Amaliq sekitar tahun 1600 SM.
Disinilah berkumpulnya orang-orang Yahudi (yang pada tahun 930 SM dijadikan
sebuah keyakinan, baca: agama. (Insyaa Allah akan penulis paparkan pada
tempatnya.pent.) mengungsi karena
mengalami penindasan pada massa kekuasaan Babilonia.”
Lanjut
syeikh, bahwa ketika bendungan Ma’rib
di Yaman roboh, terjadilah berpencaran masyarakatnya, sebagaimana diisyaratkan
oleh Qs. Saba’ [34]: 15-19, sehingga sebagian dari mereka menjadi cikal bakal
lahirnya dua suku besar yang bermukim disana yang sangat populer di massa
Jahiliyyah dan Islam, yaitu Aus dan Khazraj.[6]
Salah
satu keistimewaan Jazirah Arab adalah kendati wilayahnya demikian luas, sekitar
seribu kilometer, namun dalam percakapan sehari-hari, mereka menggunakan bahasa
yang sama, yaitu bahasa Arab. Menurut penulis hal ini sangat luar biasa, karena
bila dibandingkan dengan Negara-negara lain seperti India atau Indonesia yang
memakai berbagai macam bahasa tergantung daerah asalnya.
Masyarakat
Arab bertumpu pada kabilah/suku-suku. Ini berlaku walau di daerah-daerah yang
telah memiliki pemerintahan/kerajaan yang terpusat, seperti halnya di Yaman
atau kerajaan Ghasasinah dan Hirah. Kesukuan itu diikat oleh pertalian darah
(keturunan) dan atau dasarnya terbentuk kelompok masyarakat yang kemudian
mengikat diri dengan tradisi masing-masing serta sangat ketat memeliharanya.
Setiap
anggota suku bekerja sama dan saling membela, baik mereka benar maupun salah.
Ada ungkapan dikalangan masyarakat mereka yang menyatakan: belalah saudaramu, baik yang berlaku aniaya maupun teraniaya.[7]
Demikian yang dicatat oleh syeikh Quraish Shihab dalam sirahnya. [8]
Setiap
kabilah/suku dipimpin oeh seorang yang memperoleh kedudukan itu atas dasar
kelebihannya; keberanian, kepribadian, keluhuran budinya. Karena itu,
kepemimpinan tersebut tidak selalu diwarisi oleh anak kepala suku, kecuali
kalau diapun menonjol.
A.f. Macam-macam Hubungan
dan Pembagian Jabatan/Tugas
Syeikh Quraish Shihab membagi
kabilah/suku terdiri dari 3 kasta:[9]
1. Putra-putri yang memiliki persamaan darah
dan keturunan.
2. Al-Mawaly,
yaitu orang-orang Arab yang merdeka dan bergabung dengan suku lain yang karena
adanya perjanjian, atau kebertetanggan atau yang tadinya budak, lalu memperoleh
kemerdekaan.
3. Hamba sahaya, yaitu yang diperoleh melalui
tawanan perang atau yang diperjualbelikan.
Ketika
suku Quraisy menjadi penguasa kota Mekkah, mereka membagi tugas pengelolaan
Mekkah dan Ka’bah. Hal ini dilakukan untuk sebuah keadilan, kebersamaan, dan
persatuan, serta demi memelihara kedamaian di kota Tanah Haram.
Ada
lima belas jabatan yang diemban oleh para pengelola Mekkah. Yang terpenting
adalah:
1. as-Sadaanah/al-Hijabah,
yaitu yang memegang kunci Ka’bah dan member wewenang membuka dan menutupnya.
Tidak ada orang yang dapat masuk ke dalam Ka’bah kecuali atas seizinnya..
2. as-Siqaayah,
yaitu yang bertugas menyiapkan air untuk orang-orang yang melaksanakan ibadah
umroh atau pun haji.
3. Ar-Rafaadah,
yaitu orang yang menyiapkan makanan, khususnya bagi fikir miskin yang
melaksanakan ibadah haji.
Masih
banyak jabatan yang diembankan pada pengelola Mekkah, seperti al-‘Imaarah, Dar an-Nadwah, al-Liwaa,
dan sebagainya.
A.g. Kondisi Ekonomi Bangsa Jahiliyyah
Allah
swt. mengabadikan dan menjelaskan kondisi ekonomi bangsa Jahiliyyah dalam
Kitab-Nya pada surat al-Quraisy [106] yang melakukan perjalanan dagang. Waktu
dan arah tujun mereka berdagang adalah pada waktu musim dingin dan musim panas
dengan tujuan ke Syam (di musim panas) dan ke Yaman (pada musim dingin).[10]
Orang
yang pertama kali mempelopori perdagangan seperti ini adalah kakek ke 3 nabi
saw. yang bernama Hasyim. Menurut hemat penulis, bukan hanya Syam dan Yaman
saja yang dikunjungi sebagai tempat berdagang kaum Quraisy, karena jika
demikian halnya pastilah kondisi ekonomi Mekkah tidak akan stabil karna pasti
membutuhkan kebutuhan hidup yang “mungkin” tidak ada di dua lokasi tersebut.
Bahkan bukti otentik yang meyakini hal tersebut adalah dari akulturasi bahasa
dan adat budaya. Namun, penulis pun tidak dapat memungkiri bahwa dua tempat ini
yang lebih menonjol dalam kisah perjalanan dagang masyarakat Jahiliyyah kala
itu.
Diatas
penulis menyebutkan kakek nabi yang ke 3 yaitu Hisyam, karena memang beliaulah
yang mempelopori perjalan dagang tersebut. Namun bukan berarti hanya beliau
yang menonjol di bidang ini. Diantara orang yang menonjol dalam bidang
perdagangan kala itu antara lain adalah Abd Syam (ke Habasyah), al-Muthalib (ke
Yaman) dan Naufal (ke Persia).
A.h. Akhlak dan Budi Pekerti Masyarakat Jahiliyyah
Kondisi kejiwaan yang menjadikan pemiliknya melakukan sesuatu secara mudah,
tanpa memaksakan diri, bahkan melakukannya secara otomatis, adalah sebuah
deskripsi yang cocok menurut penulis untuk menggambarkan komponen yang
diberikan Allah swt. kepada manusia yang dinamakan dengan Akhlak. Komponen (baca; akhlak) ini terbagi dua, yaitu akhlak baik
(al-Akhlak al-Kariimah) dan akhlak buruk.
Setiap manuia pasti memiliki komponen ini, tak terkecuali orang-orang
Jahiliyyah. Mereka memiliki budi pekerti yang baik dan juga buruk diantara
keburukan akhlak mereka yaitu:
a. membedakan kasta
antara wanita dan pria,
b. mengubur hidup-hidup
anak perempuan,
c. melakukan transaksi
riba, dsb.
Sedangkan
prilaku terpuji mereka adalah;
a. kedermawanan sebagian
masyarakat mereka,
b. persahabatan antar
individu dan kelompok,
c. kelapangan dada,
d. keberanian, dsb.
B.
Pengetahuan dan Pola Fikir/Kepercayaan (Ideology)
Masyarakat Arab Jahiliyyah
Dalam
muqoddimah, penulis memaparkan bahwa tujuan utama pembahasan kali ini adalah
menguraikan kembali pengetahuan dan ideology masyarakat Jahiliyyah pada masa
sebelum kemunculan nabi akhir zaman untuk melanjutkan risalah kenabian yang
dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. Inilah pokok pembahasan yang ingin penulis
sampaikan kepada pembaca yang terhormat sebagaimana berikut.
B.a. Ilmu Pengetahuan Modern Sudah Ada Sejak zaman
Jahiliyyah
Walaupun
julukan Jahiliyyah yang ditujukan untuk masyarakat Arab diterjemahkan
“orang-orang yang bodoh” bukan berarti mereka bodoh/tidak tahu keilmuan tapi
malah sebaliknya, hanya saja julukan tersebut diberikan pada mereka dikarenakan
kebodohan mereka mengenai keagamaan. Perhatian yang sangat besar pada bidang
keilmuan sudah sangat melekat pada masyarakat Jahiliyyah kala itu, begaimana
perjalanan bisnis yang mereka lakukan pastilah memakai ilmu pengetahuan ekonomi
dalam meperhitungkan modal, kas, debit, kredit dan lain sebagainya. Namun
ternyata bukan hanya ilmu ekonomi saja yang mereka fahami, ternyata banyak
sekali disiplin ilmu yang meraka fahami untuk membantu mereka menjalani
kehidupan sehari-hari. Diantaranya:
1.
Astronomi
Penetahuan
mereka dalam bidang ini adalah dalam ranah petunjuk arah di darat dan laut. Dan
Allah membenarkan hal tersebut dalam Qs. al-An’am [6]: 97, Allah berfirman:
“Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang
bagi kamu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di
laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada
orang-orang yang mengetahui.”
Dikesempatan
lain Allah swt. beriman:
“Dan (Dia/Allah ciptakan) tanda-tanda
(petunjuk jalan) dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk” (Qs.
an-Nahl [16]: 16).
2.
Meteorologi
Masyarakat
Jahiliyyah sudah pasti memiliki pengetahuan tentang perubahan cuaca, terbukti
dalam perjalan dagang mereka, mereka lakukan pada musim yang berbeda namun
teragendakan. Oleh karena itu mereka faham betul cuaca-cuaca yang di wiliyah-wilayah
yang mereka singgahi dan mempersiapkan bekal untuk perjalan tersebut.
3.
Sejarah
Penulis
mengutip ayat yang termaktub dalam al-Qur’an surat al-Baqarah[2]: 124-130, yang
membicarakan tentang kisah nabi Ibrahim as. dan putranya Ismail as. membangun
Ka’bah yang diagungkan oleh masyarakat luas hingga sekarang.
4.
Susastra
Sering
pembaca mendengar bahwa nabi Muhammad saw. difitnah sebagai tukang tenun
ataupun orang yang mengada-adakan oleh orang-orang kafir dikarenakan indahnya
kalimat-kalimat yang ada pada al-Qur’an yang kemudian beliau sampaikan kepada
semua orang. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Jahiliyyah dapat menilai
kualitas bahasa yang ada pada ucapan seseorang. Dan syair-syair itu sudah ada
jauh sebelum nabi Muhammad diutus.
B.b. Agama dan Kepercayaan (Ideologi)
masyarakat Jahiliyyah
Manusia,
dimana dan kapan pun pasti tak luput dari sebuah “kepecayaan”. Bisa saja anda
berkunjung ke suatu tempat yang tidak ditemukan sama sekali bioskop, namun
tidak mungkin anda tidak menemukan benda atau bangunan yang dijadikan sebuah
kepercayaan di tempat tersebut. “Kepercayaan” atau “pecaya” atau yang semakna
dengannya pasti dikenal oleh seluruh manusia dari zaman primitif hingga zaman
sekarang(modern), kendati pun masyarakat sekarang tidak memiliki kepercayaan
sebanyak manusia primitive dikarena ilmu pengetahuan yang semakin berkembang
(positifisme). Demikianlah mereka tidak bisa melepaskan diri seutuhnya dari
kepercayaan. Mereka yang hidup di belahan dunia Barat atau negara-negara
komunis yang hendak melapaskan diri dari kepercayaan malah membuat sebuah
keyakinan (agama) baru. Ambillah
sebuah contoh kepercayaan tentang pohon atau bangunan keramat yang populer
dimana-mana.
Agama
yang dimaksud disini adalah sebuah kepercayaan yang dianut oleh mereka terlepas
apakah hal itu dinilai oleh sebagian pakar memenuhi syarat sebagai agama atau
tidak. Pengertian “agama” disini sejalan dengan konsep dien yang ada pada Kitabullah, yang ditujukan pada orang-orang
Jahiliyyah; “untukmu agamamu, dan untukku
agamaku.”[11]
B.c.
Kepercayaan-kepercayaan Yang dianut
Terdapat 2 kepercayaan (agama) paling populer yang dianut oleh masyarakat
Jahiliyyah kala itu; Yahudi dan Nasrani. Berikut penulis uraiankan secara
medalam mengenai dua kepercayaan ini. Namun tidak sah rasanya jika membahas
tentang dua kepercayaan ini tanpa membahas tentang sosok penting dari cikal
bakal lahirnya dua kepercayaan ini yaitu Ibrahim as., karena memang fakta
sejarah mengatakan bahwa Ibrahim as. adalah pmimpin umat manusia seluruh alam.[12]
A. Ibrahim as. Imam Seluruh Manusia
Syeikh Ahmad al-Usairy mengutip penyataan Ahmad Syalabi dalam tarikhnya,(al-Mawsuu’ah al-‘Arabiyyah al-Alamiyyah 1/59) bahwa Ibrahim lahir di desa ‘Ur,
Babilonia sekitar tahun 1700-2000 SM.[13]
Ibrahim adalah sosok tangguh dan
luar biasa dan menuhankan bulan, bintang, dan matahari (Lihat tafsir Qs.
al-An’am [6]: 76-78).
Ibrahim as. memiliki dua orang istri, istri pertama bernama Sarah dan istri
kedua bernama Hajar. Dari Hajar lahirlah nabi Ismail as. yang akan melahirkan
suku/bangsa Arab. Sedangkan dari Sarah lahirlah Ishaq as. yang akan melahirkan
suku/bangsa Yahudi.
Kedua suku/bangsa ini dulunya beragama Islam. Hal ini
ditegaskan dalam Qs. al-Baqarah [2]: 132, bahwa nabi Ibrahim as. berwasiat kepada
anak (Ismail dan Ishaq as.) dan cucunya
bahwa Allah memilih agama Islam untuk mereka, maka janganlah mati kecuali dalam
keadaan islam.
B. Cikal Bakal Lahirnya Agama Yahudi
Awal kemuculan agama Yahudi adalah dikarenakan perpecahan kerajaan Israil
atas wafatnya nabi Sulaiman as. yang tidak memberi wasiat “siapa” yang akan
menggantikannya sebagai raja untuk memimpin kerajaan Israil.[14]
Akhirnya pada tahun 930 SM muncullah seseorang yangbernama Yodah/Yudah/Yudas
yang membuat sebuah agama baru atas dasar penghormatan kepada nenek moyangnya
yang bernama Yahuda[15], dan agama tersebut dinamakan Yahudi. Agama ini
menindas semua orang yang tidak sefaham dengan ideologi mereka. Termasuk membunuh
para nabi, diantaranya nabi Zakariyya as., Yahya as., dan nabi Isa as.
C. Munculnya Agama Nasran
Nasrani diambil dari nama sebuah kota bernama Nazareth (tempat nabi Isa
mendapat wahyu pertama). Pada tahun 325 M terdapat seorang raja yang bernama
Constantius. Dialah yang membuat agama tandingan untuk Yahudi dan Islam yang
dinamakan Nasrani atas usulan dari ibunya yang bernama ratu Hellena, yang
dibantu oleh penasihatnya yang bernama Paulus.
Pada tahun itu pula muncullah kesepakatan diantara mereka dengan cara
mengangkat Yesus (Isa as.) sebagai tuhan dan memodifikasi Injil dan diganti nananya
menjadi alkitab versi Nasrani.
Demikianlah kepercayaan-kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Jahiliyyah
sebelum diutusnya nabi Muhammad saw. Dan berkembang melalui sembahyang yang
mereka lakukan kepada patung-patung yang dibuat oleh manusia.[16]
Rujukan:
Tirmidzī, Muhammad bin 'Isa bin Saurah bin Musa al-. (t.t) Sunan
al-Tirmidzī, al-Riyadh: Maktabah al-Mu’ārif.
Syamil Al-Qur’an Terjemah Tafsir Perkata. (2010) Bandung: Syigma.
Al-Anshāriy, Ibnu Manzhur. 1414 H. Lisānu
l-‘Arab. Dāru Shādir: Beirut
Bukhārī, Muḫammad bin isma’īl bin al-Mughīrah al-. (2002) Shaḫīḫ
al-Bukhārī, Beirut: Dar Ibn Katsir.
Al-Anshāriy, Ibnu Manzhur. 1414 H. Lisānu
l-‘Arab. Dāru Shādir: Beirut
Munawwir, (1997) Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, Surabaya:
Pustaka Progresif.
Shihab, M. Quraish, Membaca sirah Nabi
Muhammad SAW dalam sorotan Al-Qur’an dan hadits-hadits shahih,Jakarta : Lentera Hati, 2011.
Al’Usairy, Ahmad, Sejarah Islam, Jakarta : AKBAR MEDIA EKA
SARANA, cet. 1, 2003.
al-Hakim, (2002) al-Mustadrak
‘ala al-Shahihain, Kitab al-‘Ilmi,Baerut:
Dar_el-Fikr.
[1]
al-Hakim, al-Mustadrak ‘ala al-Shahihain, Kitab al-‘Ilmi, Hadits no. 322,
(Baerut: Dar_el-Fikr, 2002), hlm. 193.
[2] M.
Quraish Shihab. Membaca sirah Nabi
Muhammad SAW dalam sorotan Al-Qur’an dan hadits-hadits shahih. Jakarta:
Lentera Hati, 2011. Cet I, hlm 51-52.
[3] Lihat
Tafsir Ibnu Katsir, tafsir surat Ibrahim [14] : 37.
[4] Tafsir
Ibnu Katsir, tafsir surat ali-‘Imran [3] : 96.
[5]
Membaca sirah Nabi Muhammad SAW dalam sorotan Al-Qur’an dan hadits-hadits
shahih, hlm 55.
[6] Ibid.
[7]
Ungkapan serupa pernah diucapkan oleh nabi Muhammad saw., tetapi beliau
menjelaskan bahwa membela penganiaya adalah dengan mencegahnya melakukan
penganiayaan. (HR. Bukhariy)
[8]
Membaca sirah Nabi Muhammad SAW dalam sorotan Al-Qur’an dan hadits-hadits
shahih, hlm. 58.
[9] Ibid.
hlm 59.
[10] Tafsir
Ibnu Katsir, tafsir surat al-Quraisy [106].
[11] Qs.
al-Kaafiruun [109]: 6.
[12]Lihat tafsir Qs. Al-Baqarah [2]: 124.
[13]Sejarah Islam. hlm. 26
[14]Kerajaan Israil diambil dari nama julukan nabi Ya’qub as. (cucu nabi
Ibrahim as.). Julukan tersebut disandangkan kepada Ya’qub karena dia adalah
nabi yang hidupnya nomaden dalam
artian selalu berpindah-pindah. Israil berasal dari bahasa Ibrani yang bermakna
nabi yang berjalan, itulah sebabnya nabi Ya’qub dijuluki nabi Israil.
Nabi ya’qub as. memiliki empat
orang istri; Leah, Zilfah, Bilhah, dan Rachel. Dari 4 orang istri ini beliau
memiliki dua belas orang anak yang masing-masingnya memiliki suku/bangsa
masing-masing. 12 orang anak Inilah yang dimaksud dengan bani Israil/bani
Ya’qub as.
Dikisahkan bahwa 12 suku ini
kerajaan ini dibunuh secara brutal oleh Naikhanaezar. Dan atas rahmat Tuhan
terdapat dua suku yang masih selamat; suku Benjamin dan suku Yahoda, mereka
berdomisili di Ghaza dan membuat sebuah kerajaan yang bernama kerajaan Israil.
Pada saat itu sekitar tahun 1028
SM Allah mengutus seorang rasul (tidak disebutkan namanya) dan mengangkat
seorang raja yang bernama Thalut dan keturunan suku Benjamin. Di masa kekuasaan
Thalut ada seorang pasukan yang berbadan tinggi besar (digambarkan seperti
raksasa) yang sulit untuk dikalahkan bernama Jalut. Lalu Allah mengutus seorang
nabi yang bernama Daud as. dan berhasil mengalahkan Jalut. (Lihat Qs. al-Baqarah
[2]: 246-251. Singkat cerita nabi Daud as. dinikahkan oleh raja Thalut kepada
anak perempuannya yang bernama Michal maka jadilah Daud menantu raja Thalut.
Alkisah diceritakan sebelum
meninggal raja Thalut berwasiat “jika aku meninggal, maka yang menggantikanku
adalah menantuku (Daud as.).” Akhirnya pada tahun 1010 SM nabi Daud as. menjadi
raja menggantikan Thalut. Nabi Daud as. (w. 970 SM) menjadi raja selama 40
tahun. Sebelum beliau wafat dia berwasiat bahwa yang menggantikannya sebagai
raja adalah putranya yang bernama Sulaiman as.
Nabi Sulaiman as. berkuasa selama
40 tahun yang bertepatan dengan tahun 930 SM (HR. Tirmidzi).
[15]Anak ke 4 nabi Ya’qub dari istri pertama yang bernama Leah.
[16]Lihat tafsir Qs. an-Najm [53}: 19-20.
Posting Komentar