Arab Pra Islam


Arab Pra Islam

Oleh; Mr. Hasan
Jika berbicara soal Islam masyarakat luas khususnya masyarakat Indonesia pasti secara otomatis langsung mengingat sebuah konsep tentang “kepercayaan” (agama). Menurut pandangan mayoritas masyarakat (awam)  Islam adalah sebuah agama terakhir yang diturunkan Tuhan melalui perantara utusan-Nya yang berpedomankan pada kitab suci yang “Insyaa Allah” pasti akan selalu dijaga keotentikannya oleh pemiliknya (Allah) melalui hafalan orang- orang alim yaitu al-Qur’an al-Kariim (Qs. al-Hijr [15] : 9) dan juga berpedoman kepada sunnah rasul-Nya melalui ucapan, perbuatan, kesepakatan, serta sifatnya yang sering disebut dengan hadis nabi.
Al-Qur’an dan hadis adalah dua sumber rujukan hukum bagaimana cara manusia mencari jalan kebenaran ketika mengarungi samudera kehidupan yang begitu luas. Oleh karena itu Allah menegaskan bahwa “Barang siapa yang ta’at kepada rasul maka otomatis dia ta’at kepada Allah” (Qs. an-Nisaa [4] : 80) yang diperkuat pula oleh hadis nabi saw. beliau bersabda : “aku tinggalkan 2 perkara yang jika engkau berpegang teguh pada keduanya maka kau tak akan tersesat selamanya, yaitu kitab Allah (al-Qur’an) dan sunnahku”[1]
Menurut ideology masyarakat luas di Indonesia bahwa Islam adalah agama yang termasuk dalam konsep “agama samawi” yang disandingkan dengan Yahudi dan Nasrani. Jika demikian halnya maka iman kita akan dipertanyakan dikarenakan menganggap bahwa nabi Muhammad saw. lah yang membawa Islam. Ideology seperti ini sangatlah salah dan harus diubah oleh semua umat Islam karena  Islam bukan dibawa oleh nabi Muhammad, tapi beliau “melanjutkan” ke-Islam-an yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya khususnya pada zaman nabi Ibrahim as. yang bermula di wilayah penuh dengan ke-jahiliyyah-an.
Wilayah jahiliyyah yang penulis maksud adalah Saudi Arabia yang terkenal sebagai pusat berkumpulnya berbagai macam kepercayaan (agama) serta peradaban manusia didalamnya. Bahkan penulis akan memperdalam kajian ini ditinjau dari beberapa aspek kehidupan masyarakat Arab sebelum kemunculan nabi terakhir Muhammad saw.

A.    Pemetaan Saudi Arabia dan Kondisi Umum Masyarakat Arab Sebelum Kelahiran Nabi dan Dimunculkan Kembali Islam


Menarik untuk dibahas berkenaan dengan lokasi Saudi Arabia hingga keseluruhan daerah yang ada disana; iklim dan letak geografisnya khususnya Mekkah dan Madinah yang menjadi kota penting bagi Jazirah Arab. Tak kalah penting pula penulis akan sajikan kondisi umum masyarakat Arab Saudi berupa bahasa, ahklaq dan budi pekerti, bahkan kondisi dan system ekonomi yang mereka pakai pada masa tersebut, berikut kami uraikan.
A.a. Bagian-bagian Jazirah Arab
Saudi Arabia terletak di satu lokasi yang sangat strategis. Bentuknya memanjang dan tidak segi empat. Ke sebelah Utara Palestina dan Syam, ke sebelah Timur Hirah dan Dajlah/Tigris dan Eufrat serta Teluk Arab/Persia. Ke sebelah Selatan Samudera Hindia dan Teluk Aden, dan ke sebelah Barat adalah Laut Merah. Demikian semenanjung ini dilingkari oleh lautan dan padang pasir.
Pada abad ke-5 dan ke-6 M, ia terletak antara dua kekuatan super adidaya pada masanya, yaitu Persia dan Romawi. Masa kini semenanjung atau Jazirah Arab itu merupakan jalur yang cukup penting untuk menghubungkan Asia, Afrika dan Eropa.

Jazirah Arab terdiri dari lima bagian, yaitu:
1.      Hijaz, yakni daerah yang membentang antara Ailah (Aqabah) sampai ke Yaman.
2.      Yaman, yaitu wilayah yang berbatasan dengan Laut Arab di sebelah Selatan, Teluk Aden dan Laut Merah di sebelah Barat, Oman di sebelah Timur, dan Hijaz di sebelah Utara.
3.      Tihamah, yaitu daerah dataran rendah sepanjang pantai Laut Merah.
4.      Najd, yakni wilayah tinggi yang membentang di pegunungan Hijaz menuju Timur hingga padang pasir Bahrain.
5.      Yamamah yang berhubungan dengan Bahrain di arah Timur dan Hijaz di arah Barat.[2]
Begitu luasnya wilayah Jazirah Arab dan keterbatasan referensi hingga penulis tidak dapat menjelaskan secara rinci seluruh daerah yang berada di Jazirah arab.Namun penulis hendak membahas sedikit tentang daerah-daerah penting dari segi kedudukannya masing-masing di tiap daerah khususnya Mekkah dan Yatsrib (sekarang Madinah).
Mekkah pada mulanya hanya sebagai persinggahan kafilah-kafilah yang lewat. Ibnu Katsir menggambarkan bahwa,  Nabi Ibrahim as. adalah orang pertama yang singgah dan menjadikan tempat bermukim istri beliau beserta putranya Ismail as dan mengisyaratkan tentang pembangunan Ka’bah. Lanjutnya, Mekkah adalah daerah yang begitu gersang tanpa ada tumbuhan dan ketiadaan air.[3]
Mekkah merupakan wilayah suci, dan karena kesuciannya semua masyarakat pada massa itu sangat menghormatinya hingga disebut sebagai Tanah Haram. Atas dasar panggilan inilah diharamkan pertumpahan darah atau penganiayaan baik terhadap manusia, hewan, ataupun tumbuhan di tanah haram ini.
Syeikh Ibnu Katsir memaparkan bahwa Mekkah pada awalnya bernama Bakkah[4], adapun menurut beliau selain dinamai Tanah Haram, Mekkah dinamai umm al-Quraa sebagaimana firman Allah swt. dalam al-Qur’an surat al-An’am [6]: 92 sebagai berikut:
Dan ini (al-Qur’an) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar engkau memberi peringatan kepada (penduduk) Umm al-Quraa (Mekkah) dan siapa pun yang di sekelilingnya.
Kendati Mekkah merupakan kota suci yang wajib dihormati, tetapi ia tidak dapat menyaingi kota-kota Jazirah Arab lainnya karena kegersangannya. Seandainya tidak ada Ka’bah yang diagungkan semua masyarakat Arab, maka Mekkah tidak akan banyak artinya, ungkap syeikh Quraish Shihab.[5]
Kota Madinah terletak sekitar 300 mil dari Mekkah. Namanya pun disebut dalam al-Qur’an (Surat at-Taubah [9]: 101-120). Berbeda dengan Mekkah, Madinah adalah tempat yang subur; tumbuh berbagai macam tumbuhan dan buah-buahan disana. Lokasinya pun dahulu sangat strategis karena disanalah jalur perdagangan antara Selatan dan Utara, juga Mekkah dan Syam.
Kota ini dibangun (ungkap syeikh Shihab), “ oleh al-‘Amaliq sekitar tahun 1600 SM. Disinilah berkumpulnya orang-orang Yahudi (yang pada tahun 930 SM dijadikan sebuah keyakinan, baca: agama. (Insyaa Allah akan penulis paparkan pada tempatnya.pent.) mengungsi karena mengalami penindasan pada massa kekuasaan Babilonia.”
Lanjut syeikh, bahwa ketika bendungan Ma’rib di Yaman roboh, terjadilah berpencaran masyarakatnya, sebagaimana diisyaratkan oleh Qs. Saba’ [34]: 15-19, sehingga sebagian dari mereka menjadi cikal bakal lahirnya dua suku besar yang bermukim disana yang sangat populer di massa Jahiliyyah dan Islam, yaitu Aus dan Khazraj.[6]
Salah satu keistimewaan Jazirah Arab adalah kendati wilayahnya demikian luas, sekitar seribu kilometer, namun dalam percakapan sehari-hari, mereka menggunakan bahasa yang sama, yaitu bahasa Arab. Menurut penulis hal ini sangat luar biasa, karena bila dibandingkan dengan Negara-negara lain seperti India atau Indonesia yang memakai berbagai macam bahasa tergantung daerah asalnya.
Masyarakat Arab bertumpu pada kabilah/suku-suku. Ini berlaku walau di daerah-daerah yang telah memiliki pemerintahan/kerajaan yang terpusat, seperti halnya di Yaman atau kerajaan Ghasasinah dan Hirah. Kesukuan itu diikat oleh pertalian darah (keturunan) dan atau dasarnya terbentuk kelompok masyarakat yang kemudian mengikat diri dengan tradisi masing-masing serta sangat ketat memeliharanya.
Setiap anggota suku bekerja sama dan saling membela, baik mereka benar maupun salah. Ada ungkapan dikalangan masyarakat mereka yang menyatakan: belalah saudaramu, baik yang berlaku aniaya maupun teraniaya.[7] Demikian yang dicatat oleh syeikh Quraish Shihab dalam sirahnya. [8]
Setiap kabilah/suku dipimpin oeh seorang yang memperoleh kedudukan itu atas dasar kelebihannya; keberanian, kepribadian, keluhuran budinya. Karena itu, kepemimpinan tersebut tidak selalu diwarisi oleh anak kepala suku, kecuali kalau diapun menonjol.
A.f. Macam-macam Hubungan dan Pembagian Jabatan/Tugas
Syeikh Quraish Shihab membagi kabilah/suku terdiri dari 3 kasta:[9]
1.      Putra-putri yang memiliki persamaan darah dan keturunan.
2.      Al-Mawaly, yaitu orang-orang Arab yang merdeka dan bergabung dengan suku lain yang karena adanya perjanjian, atau kebertetanggan atau yang tadinya budak, lalu memperoleh kemerdekaan.
3.      Hamba sahaya, yaitu yang diperoleh melalui tawanan perang atau yang diperjualbelikan.
Ketika suku Quraisy menjadi penguasa kota Mekkah, mereka membagi tugas pengelolaan Mekkah dan Ka’bah. Hal ini dilakukan untuk sebuah keadilan, kebersamaan, dan persatuan, serta demi memelihara kedamaian di kota Tanah Haram.
Ada lima belas jabatan yang diemban oleh para pengelola Mekkah. Yang terpenting adalah:
1.      as-Sadaanah/al-Hijabah, yaitu yang memegang kunci Ka’bah dan member wewenang membuka dan menutupnya. Tidak ada orang yang dapat masuk ke dalam Ka’bah kecuali atas seizinnya..
2.      as-Siqaayah, yaitu yang bertugas menyiapkan air untuk orang-orang yang melaksanakan ibadah umroh atau pun haji.
3.      Ar-Rafaadah, yaitu orang yang menyiapkan makanan, khususnya bagi fikir miskin yang melaksanakan ibadah haji.
Masih banyak jabatan yang diembankan pada pengelola Mekkah, seperti al-‘Imaarah, Dar an-Nadwah, al-Liwaa, dan sebagainya.

A.g. Kondisi Ekonomi Bangsa Jahiliyyah
Allah swt. mengabadikan dan menjelaskan kondisi ekonomi bangsa Jahiliyyah dalam Kitab-Nya pada surat al-Quraisy [106] yang melakukan perjalanan dagang. Waktu dan arah tujun mereka berdagang adalah pada waktu musim dingin dan musim panas dengan tujuan ke Syam (di musim panas) dan ke Yaman (pada musim dingin).[10]
Orang yang pertama kali mempelopori perdagangan seperti ini adalah kakek ke 3 nabi saw. yang bernama Hasyim. Menurut hemat penulis, bukan hanya Syam dan Yaman saja yang dikunjungi sebagai tempat berdagang kaum Quraisy, karena jika demikian halnya pastilah kondisi ekonomi Mekkah tidak akan stabil karna pasti membutuhkan kebutuhan hidup yang “mungkin” tidak ada di dua lokasi tersebut. Bahkan bukti otentik yang meyakini hal tersebut adalah dari akulturasi bahasa dan adat budaya. Namun, penulis pun tidak dapat memungkiri bahwa dua tempat ini yang lebih menonjol dalam kisah perjalanan dagang masyarakat Jahiliyyah kala itu.
Diatas penulis menyebutkan kakek nabi yang ke 3 yaitu Hisyam, karena memang beliaulah yang mempelopori perjalan dagang tersebut. Namun bukan berarti hanya beliau yang menonjol di bidang ini. Diantara orang yang menonjol dalam bidang perdagangan kala itu antara lain adalah Abd Syam (ke Habasyah), al-Muthalib (ke Yaman) dan Naufal (ke Persia).
A.h. Akhlak dan Budi Pekerti Masyarakat Jahiliyyah
Kondisi kejiwaan yang menjadikan pemiliknya melakukan sesuatu secara mudah, tanpa memaksakan diri, bahkan melakukannya secara otomatis, adalah sebuah deskripsi yang cocok menurut penulis untuk menggambarkan komponen yang diberikan Allah swt. kepada manusia yang dinamakan dengan Akhlak. Komponen (baca; akhlak) ini terbagi dua, yaitu akhlak baik (al-Akhlak al-Kariimah) dan akhlak buruk.
Setiap manuia pasti memiliki komponen ini, tak terkecuali orang-orang Jahiliyyah. Mereka memiliki budi pekerti yang baik dan juga buruk diantara keburukan akhlak mereka yaitu:
a.       membedakan kasta antara wanita dan pria,
b.      mengubur hidup-hidup anak perempuan,
c.       melakukan transaksi riba, dsb.
Sedangkan prilaku terpuji mereka adalah;
a.       kedermawanan sebagian masyarakat mereka,
b.      persahabatan antar individu dan kelompok,
c.       kelapangan dada,
d.      keberanian, dsb.

B.     Pengetahuan dan Pola Fikir/Kepercayaan (Ideology) Masyarakat Arab Jahiliyyah
Dalam muqoddimah, penulis memaparkan bahwa tujuan utama pembahasan kali ini adalah menguraikan kembali pengetahuan dan ideology masyarakat Jahiliyyah pada masa sebelum kemunculan nabi akhir zaman untuk melanjutkan risalah kenabian yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. Inilah pokok pembahasan yang ingin penulis sampaikan kepada pembaca yang terhormat sebagaimana berikut.
B.a. Ilmu Pengetahuan Modern Sudah Ada Sejak zaman Jahiliyyah
Walaupun julukan Jahiliyyah yang ditujukan untuk masyarakat Arab diterjemahkan “orang-orang yang bodoh” bukan berarti mereka bodoh/tidak tahu keilmuan tapi malah sebaliknya, hanya saja julukan tersebut diberikan pada mereka dikarenakan kebodohan mereka mengenai keagamaan. Perhatian yang sangat besar pada bidang keilmuan sudah sangat melekat pada masyarakat Jahiliyyah kala itu, begaimana perjalanan bisnis yang mereka lakukan pastilah memakai ilmu pengetahuan ekonomi dalam meperhitungkan modal, kas, debit, kredit dan lain sebagainya. Namun ternyata bukan hanya ilmu ekonomi saja yang mereka fahami, ternyata banyak sekali disiplin ilmu yang meraka fahami untuk membantu mereka menjalani kehidupan sehari-hari. Diantaranya:
1.      Astronomi
Penetahuan mereka dalam bidang ini adalah dalam ranah petunjuk arah di darat dan laut. Dan Allah membenarkan hal tersebut dalam Qs. al-An’am [6]: 97, Allah berfirman:
Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagi kamu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui.”
Dikesempatan lain Allah swt. beriman:
Dan (Dia/Allah ciptakan) tanda-tanda (petunjuk jalan) dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk” (Qs. an-Nahl [16]: 16).

2.      Meteorologi
Masyarakat Jahiliyyah sudah pasti memiliki pengetahuan tentang perubahan cuaca, terbukti dalam perjalan dagang mereka, mereka lakukan pada musim yang berbeda namun teragendakan. Oleh karena itu mereka faham betul cuaca-cuaca yang di wiliyah-wilayah yang mereka singgahi dan mempersiapkan bekal untuk perjalan tersebut.

3.      Sejarah
Penulis mengutip ayat yang termaktub dalam al-Qur’an surat al-Baqarah[2]: 124-130, yang membicarakan tentang kisah nabi Ibrahim as. dan putranya Ismail as. membangun Ka’bah yang diagungkan oleh masyarakat luas hingga sekarang.

4.      Susastra
Sering pembaca mendengar bahwa nabi Muhammad saw. difitnah sebagai tukang tenun ataupun orang yang mengada-adakan oleh orang-orang kafir dikarenakan indahnya kalimat-kalimat yang ada pada al-Qur’an yang kemudian beliau sampaikan kepada semua orang. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Jahiliyyah dapat menilai kualitas bahasa yang ada pada ucapan seseorang. Dan syair-syair itu sudah ada jauh sebelum nabi Muhammad diutus.
B.b. Agama dan Kepercayaan (Ideologi) masyarakat Jahiliyyah
Manusia, dimana dan kapan pun pasti tak luput dari sebuah “kepecayaan”. Bisa saja anda berkunjung ke suatu tempat yang tidak ditemukan sama sekali bioskop, namun tidak mungkin anda tidak menemukan benda atau bangunan yang dijadikan sebuah kepercayaan di tempat tersebut. “Kepercayaan” atau “pecaya” atau yang semakna dengannya pasti dikenal oleh seluruh manusia dari zaman primitif hingga zaman sekarang(modern), kendati pun masyarakat sekarang tidak memiliki kepercayaan sebanyak manusia primitive dikarena ilmu pengetahuan yang semakin berkembang (positifisme). Demikianlah mereka tidak bisa melepaskan diri seutuhnya dari kepercayaan. Mereka yang hidup di belahan dunia Barat atau negara-negara komunis yang hendak melapaskan diri dari kepercayaan malah membuat sebuah keyakinan (agama) baru. Ambillah sebuah contoh kepercayaan tentang pohon atau bangunan keramat yang populer dimana-mana.
Agama yang dimaksud disini adalah sebuah kepercayaan yang dianut oleh mereka terlepas apakah hal itu dinilai oleh sebagian pakar memenuhi syarat sebagai agama atau tidak. Pengertian “agama” disini sejalan dengan konsep dien yang ada pada Kitabullah, yang ditujukan pada orang-orang Jahiliyyah; “untukmu agamamu, dan untukku agamaku.”[11]


B.c. Kepercayaan-kepercayaan Yang dianut
Terdapat 2 kepercayaan (agama) paling populer yang dianut oleh masyarakat Jahiliyyah kala itu; Yahudi dan Nasrani. Berikut penulis uraiankan secara medalam mengenai dua kepercayaan ini. Namun tidak sah rasanya jika membahas tentang dua kepercayaan ini tanpa membahas tentang sosok penting dari cikal bakal lahirnya dua kepercayaan ini yaitu Ibrahim as., karena memang fakta sejarah mengatakan bahwa Ibrahim as. adalah pmimpin umat manusia seluruh alam.[12]
A. Ibrahim as. Imam Seluruh Manusia
Syeikh Ahmad al-Usairy mengutip penyataan Ahmad Syalabi dalam tarikhnya,(al-Mawsuu’ah al-‘Arabiyyah al-Alamiyyah 1/59) bahwa Ibrahim lahir di desa ‘Ur, Babilonia sekitar tahun 1700-2000 SM.[13]
Ibrahim adalah sosok tangguh dan  luar biasa dan menuhankan bulan, bintang, dan matahari (Lihat tafsir Qs. al-An’am [6]: 76-78).
Ibrahim as. memiliki dua orang istri, istri pertama bernama Sarah dan istri kedua bernama Hajar. Dari Hajar lahirlah nabi Ismail as. yang akan melahirkan suku/bangsa Arab. Sedangkan dari Sarah lahirlah Ishaq as. yang akan melahirkan suku/bangsa Yahudi.


Kedua suku/bangsa ini dulunya beragama Islam. Hal ini ditegaskan dalam Qs. al-Baqarah [2]: 132, bahwa nabi Ibrahim as. berwasiat kepada anak (Ismail dan Ishaq as.) dan  cucunya bahwa Allah memilih agama Islam untuk mereka, maka janganlah mati kecuali dalam keadaan islam.

B.   Cikal Bakal Lahirnya Agama Yahudi
Awal kemuculan agama Yahudi adalah dikarenakan perpecahan kerajaan Israil atas wafatnya nabi Sulaiman as. yang tidak memberi wasiat “siapa” yang akan menggantikannya sebagai raja untuk memimpin kerajaan Israil.[14]


Akhirnya pada tahun 930 SM muncullah seseorang yangbernama Yodah/Yudah/Yudas yang membuat sebuah agama baru atas dasar penghormatan kepada nenek moyangnya yang bernama Yahuda[15],  dan agama tersebut dinamakan Yahudi. Agama ini menindas semua orang yang tidak sefaham dengan ideologi mereka. Termasuk membunuh para nabi, diantaranya nabi Zakariyya as., Yahya as., dan nabi Isa as.
C.   Munculnya Agama Nasran
Nasrani diambil dari nama sebuah kota bernama Nazareth (tempat nabi Isa mendapat wahyu pertama). Pada tahun 325 M terdapat seorang raja yang bernama Constantius. Dialah yang membuat agama tandingan untuk Yahudi dan Islam yang dinamakan Nasrani atas usulan dari ibunya yang bernama ratu Hellena, yang dibantu oleh penasihatnya yang bernama Paulus.



Pada tahun itu pula muncullah kesepakatan diantara mereka dengan cara mengangkat Yesus (Isa as.) sebagai tuhan dan memodifikasi Injil dan diganti nananya menjadi alkitab versi Nasrani.
Demikianlah kepercayaan-kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Jahiliyyah sebelum diutusnya nabi Muhammad saw. Dan berkembang melalui sembahyang yang mereka lakukan kepada patung-patung yang dibuat oleh manusia.[16]

 ________________
Rujukan:

Tirmidzī, Muhammad bin 'Isa bin Saurah bin Musa al-. (t.t) Sunan al-Tirmidzī, al-Riyadh: Maktabah al-Mu’ārif.
Syamil Al-Qur’an Terjemah Tafsir Perkata. (2010) Bandung: Syigma.
Al-Anshāriy, Ibnu Manzhur. 1414 H. Lisānu l-‘Arab. Dāru Shādir: Beirut
Bukhārī, Muḫammad bin isma’īl bin al-Mughīrah al-. (2002) Shaīal-Bukhārī, Beirut: Dar Ibn Katsir.
Al-Anshāriy, Ibnu Manzhur. 1414 H. Lisānu l-‘Arab. Dāru Shādir: Beirut
Munawwir, (1997) Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, Surabaya: Pustaka Progresif.
Shihab, M. Quraish, Membaca sirah Nabi Muhammad SAW dalam sorotan Al-Qur’an dan hadits-hadits shahih,Jakarta : Lentera Hati, 2011.
Al’Usairy, Ahmad, Sejarah Islam, Jakarta : AKBAR MEDIA EKA SARANA, cet. 1, 2003.
al-Hakim, (2002) al-Mustadrak ‘ala al-Shahihain, Kitab al-‘Ilmi,Baerut: Dar_el-Fikr.



[1] al-Hakim, al-Mustadrak ‘ala al-Shahihain, Kitab al-‘Ilmi, Hadits no. 322, (Baerut: Dar_el-Fikr, 2002), hlm. 193.
[2] M. Quraish Shihab. Membaca sirah Nabi Muhammad SAW dalam sorotan Al-Qur’an dan hadits-hadits shahih. Jakarta: Lentera Hati, 2011. Cet I, hlm 51-52.
[3] Lihat Tafsir Ibnu Katsir, tafsir surat Ibrahim [14] : 37.
[4] Tafsir Ibnu Katsir, tafsir surat ali-‘Imran [3] : 96.
[5] Membaca sirah Nabi Muhammad SAW dalam sorotan Al-Qur’an dan hadits-hadits shahih, hlm 55.
[6] Ibid.
[7] Ungkapan serupa pernah diucapkan oleh nabi Muhammad saw., tetapi beliau menjelaskan bahwa membela penganiaya adalah dengan mencegahnya melakukan penganiayaan. (HR. Bukhariy)
[8] Membaca sirah Nabi Muhammad SAW dalam sorotan Al-Qur’an dan hadits-hadits shahih, hlm. 58.
[9] Ibid. hlm 59.
[10] Tafsir Ibnu Katsir, tafsir surat al-Quraisy [106].
[11] Qs. al-Kaafiruun [109]: 6.
[12]Lihat tafsir Qs. Al-Baqarah [2]: 124.
[13]Sejarah Islam. hlm. 26
[14]Kerajaan Israil diambil dari nama julukan nabi Ya’qub as. (cucu nabi Ibrahim as.). Julukan tersebut disandangkan kepada Ya’qub karena dia adalah nabi yang hidupnya nomaden dalam artian selalu berpindah-pindah. Israil berasal dari bahasa Ibrani yang bermakna nabi yang berjalan, itulah sebabnya nabi Ya’qub dijuluki nabi Israil.
Nabi ya’qub as. memiliki empat orang istri; Leah, Zilfah, Bilhah, dan Rachel. Dari 4 orang istri ini beliau memiliki dua belas orang anak yang masing-masingnya memiliki suku/bangsa masing-masing. 12 orang anak Inilah yang dimaksud dengan bani Israil/bani Ya’qub as.
Dikisahkan bahwa 12 suku ini kerajaan ini dibunuh secara brutal oleh Naikhanaezar. Dan atas rahmat Tuhan terdapat dua suku yang masih selamat; suku Benjamin dan suku Yahoda, mereka berdomisili di Ghaza dan membuat sebuah kerajaan yang bernama kerajaan Israil.
Pada saat itu sekitar tahun 1028 SM Allah mengutus seorang rasul (tidak disebutkan namanya) dan mengangkat seorang raja yang bernama Thalut dan keturunan suku Benjamin. Di masa kekuasaan Thalut ada seorang pasukan yang berbadan tinggi besar (digambarkan seperti raksasa) yang sulit untuk dikalahkan bernama Jalut. Lalu Allah mengutus seorang nabi yang bernama Daud as. dan berhasil mengalahkan Jalut. (Lihat Qs. al-Baqarah [2]: 246-251. Singkat cerita nabi Daud as. dinikahkan oleh raja Thalut kepada anak perempuannya yang bernama Michal maka jadilah Daud menantu raja Thalut.
Alkisah diceritakan sebelum meninggal raja Thalut berwasiat “jika aku meninggal, maka yang menggantikanku adalah menantuku (Daud as.).” Akhirnya pada tahun 1010 SM nabi Daud as. menjadi raja menggantikan Thalut. Nabi Daud as. (w. 970 SM) menjadi raja selama 40 tahun. Sebelum beliau wafat dia berwasiat bahwa yang menggantikannya sebagai raja adalah putranya yang bernama Sulaiman as.
Nabi Sulaiman as. berkuasa selama 40 tahun yang bertepatan dengan tahun 930 SM (HR. Tirmidzi).
[15]Anak ke 4 nabi Ya’qub dari istri pertama yang bernama Leah.
[16]Lihat tafsir Qs. an-Najm [53}: 19-20.

Tags

Posting Komentar

[blogger]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.