Fi’il Mudhari’ Manshub/dinashabkan sebab dimasuki oleh salah
satu Amil dari Amil-amil Nawashib yang berupa :
1. LAN Nafi Mustaqbal.
2. KAY Mashdariyah.
3. AN Mashdariyah.
4. IDZAN Mashdariyah. (dijelaskan pada bait selanjutnya)
2. KAY Mashdariyah.
3. AN Mashdariyah.
4. IDZAN Mashdariyah. (dijelaskan pada bait selanjutnya)
1. LAN (tidak akan pernah)
Adalah huruf Nafi Mustaqbal berfungsi meniadakan
peristiwa/pekerjaan akan datang, yakni apabila masuk pada Fi’il Mudhari’ maka
tertentu pada zaman Istiqbal (akan datang).
Contoh Ayat dalam Al-Qur’an :
قَالُوا لَنْ نَبْرَحَ عَلَيْهِ عَاكِفِينَ حَتَّى يَرْجِعَ
إِلَيْنَا مُوسَى
Qooluu LAN NABROHA ‘alaihi ‘aakifiina hattaa
yarji’u ilainaa muusaa = ” Mereka menjawab: “Kami AKAN TETAP menyembah patung
anak lembu ini, hingga Musa kembali kepada kami.” (QS. Thoha : 91)
I’rob
Lafazh LAN NABROHA (artinya: tidak akan berhenti / akan
tetap):
LAN = huruf Nafi Istiqbal dan Amil Nashab.
NABROHA = Fi’il Mudhari Manshub, tanda nashabnya Fathah zhahir. Termasuk dari saudara Kaana. Isimnya berupa dhamir mustatir wujuban takdirnya “Nahnu”, dan khobarnya adalah lafazh “Aakifiina”.
LAN = huruf Nafi Istiqbal dan Amil Nashab.
NABROHA = Fi’il Mudhari Manshub, tanda nashabnya Fathah zhahir. Termasuk dari saudara Kaana. Isimnya berupa dhamir mustatir wujuban takdirnya “Nahnu”, dan khobarnya adalah lafazh “Aakifiina”.
Terkadang pada LAN tsb dimasuki Hamzah Istifham yg
berfaidah Ingkar, contoh dalam Ayat Al-Qur’an :
أَلَنْ يَكْفِيَكُمْ أَنْ يُمِدَّكُمْ رَبُّكُمْ
بِثَلَاثَةِ آلَافٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُنْزَلِينَ
ALAN YAKFIYAKUM an yumiddakum robbukum bi
tsalaatsati aalaafin minal-malaa’ikati munzaliin = “APAKAH TIDAK CUKUP BAGI
KAMU Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari
langit)?” (QS. Ali Imran : 124).
I’rob :
LAN = Huruf Nafi, dan Amil Nashob.
YAKFIYA = Fi’il Mudhari’ Manshub.
KUM = Huruf “Kaf” Dhamir Muttashil mahal Nashab menjadi Maf’ul Bih, huruf “Mim” tanda jamak.
AN YUMIDDAKUM = ta’wil mashdar mahal rofa’ manjadi Faa’il.
YAKFIYA = Fi’il Mudhari’ Manshub.
KUM = Huruf “Kaf” Dhamir Muttashil mahal Nashab menjadi Maf’ul Bih, huruf “Mim” tanda jamak.
AN YUMIDDAKUM = ta’wil mashdar mahal rofa’ manjadi Faa’il.
2. KAY (agar/supaya)
Termasuk dari huruf Mashdariyah, tanda Kay Masdariyah
disini adalah diawali dengan Lam Ta’lil (lam yg berfungsi sebagai
penjelasan/alasan/agar), contoh:
تعلم لكي تفيدَ وتستفيدَ
TA’ALLAM LIKAY TAFIIDA WA TASTAFIIDA = belajarlah agar
supaya kamu dapat memberi manfa’at dan mengambil manfaat.
Contoh Ayat dalam Alqur’an :
لِكَيْلَا تَأْسَوْا
LIKAYLAA TA’SAW = agar supaya kamu jangan berduka
cita (QS. Al-hadiid 23)
I’rob :
LIKAYLAA = LI huruf jar, KAY huruf mashdariyah dan amil
nawashib, LAA huruf Nafi.
TA’SAW = Fi’il Mudhari’ Manshub sebab dimasuki KAY, tanda nashabnya dengan membuang Nun karena termasuk dari Af’alul Khomasa/Fi’il yg Lima. Waw adalah dhamir jamak muttashil marfu’ manjadi Faa’il. Jumlah KAY berikut kalimat sesudahnya adalah jumlah takwil mashdar majrur sebab huruf jar LI. Takdirannya “LI ‘ADAMI ASAAKUM”
TA’SAW = Fi’il Mudhari’ Manshub sebab dimasuki KAY, tanda nashabnya dengan membuang Nun karena termasuk dari Af’alul Khomasa/Fi’il yg Lima. Waw adalah dhamir jamak muttashil marfu’ manjadi Faa’il. Jumlah KAY berikut kalimat sesudahnya adalah jumlah takwil mashdar majrur sebab huruf jar LI. Takdirannya “LI ‘ADAMI ASAAKUM”
Berbeda dengan KAY Ta’liliyah sebagai Amil Jarr bukan
sebagai Amil Nashab, dimana telah dijelaskan keterangannya pada Bab Huruf-huruf
Jar, yakni Fi’il Mudhari’ yg nashab setelah KAY ta’liliyah tsb sebenarnya
dinashabkan oleh AN yg disimpan ataupun yg dizhahirkan. Tanda-tanda KAY Ta’liliyah
adalah apabila setelahnya ada AN atau Lam-nya yg diakhirkan.
Contoh mengakhirkan Lam :
جئت كي لأتعلم
JI’TU KAY LI ATA’ALLAMA = aku datang untuk belajar
Contoh setelahnya ada AN :
جئت كي أن أتعلمَ
JI’TU KAY AN ATA’ALLAMA = aku datang untuk belajar
Apabila sebelum KAY tidak ada Lam atau setelahnya tidak
ada AN, maka boleh sebagai KAY Mashdariyah dengan pertimbangan mentakdir Lam di
sebelumnya, atau boleh dijadikan sebagai KAY Ta’liliyah dengan mentakdir AN di
sesudahnya.
Contoh dalam Ayat Al-Qur’an :
فَرَدَدْنَاهُ إِلَى أُمِّهِ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلَا
تَحْزَنَ
FARODADNAAHU ILAA UMMIHII KAY TAQORRO ‘AINUHAA
WALAA TAHZANA = Maka kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya
dan tidak berduka cita (QS. Al-Qashash 13)
I’rob :
KAY TAQORRO = KAY: boleh sebagai Kay Mashdariyah atau Kay Ta’liliyah. TAQORRO: Fi’il Mudhari’ boleh dinashabkan oleh Kay Mashdariyah. Atau boleh dinashobkan oleh AN yg ditakdir, susunan AN+Fi’il Mudhari disini adalah Takwil mashdar dijarkan oleh KAY Ta’liliyah.
KAY TAQORRO = KAY: boleh sebagai Kay Mashdariyah atau Kay Ta’liliyah. TAQORRO: Fi’il Mudhari’ boleh dinashabkan oleh Kay Mashdariyah. Atau boleh dinashobkan oleh AN yg ditakdir, susunan AN+Fi’il Mudhari disini adalah Takwil mashdar dijarkan oleh KAY Ta’liliyah.
Apabila sebelum KAY ada Lam atau setelahnya ada AN, maka
boleh juga sebagai KAY Mashdariyah yg menashabkan Fiil Mudhari dan AN sebagai
Taukid, atau yg lebih baik dijadikan sebagai KAY Ta’liliyah sebagai taukid bagi
Lam sebelumnya, dan yg menashabkan Fi’il Mudhari’ tsb adalah AN.
3. AN (tergantung kalimat setelahnya pent.)
Adalah huruf Mashdariyah. Termasuk Amil Nashab yg paling
kuat, sebab dapat beramal baik secara Zhahir maupun Taqdir. Juga Amil Nashab yg
paling banyak ditemukan di dalam Al-Qur’an. Konsepsi dari AN Masdariyah ini
adalah : bahwa AN berikut Shilahnya ditakwil mashdar yg menempati posisi I’rob
pada susunan kalam, seperti contoh:
الغيبة أن تذكر أخاك بما يكره
Al-ghiibatu AN TADZKURO akhooka bimaa yukrohu =
Ghibah adalah menyebut perilah saudaramu dengan suatu yg dibenci.
I’rob:
AN = huruf masydariyah dan amil nashab
TADZKURO = fiil mudhari manshub.
AN + TADZKURO = takwil mashdar dalam posisi menjadi khobar, takdirannya adalah :
AN = huruf masydariyah dan amil nashab
TADZKURO = fiil mudhari manshub.
AN + TADZKURO = takwil mashdar dalam posisi menjadi khobar, takdirannya adalah :
الغيبة ذكرك أخاك بما يكره
Al-Ghiibatu DZIKRUKA akhooka bimaa yukrohu.
Perlu juga diketahui perihal tiga keadaan pada lafazh AN
yg dalam hal ini:
1. AN yg diawali dengan Kalimah yg menunjukkan makna
yaqin, semisal ALIMA dkk. AN disini disebut AN mukhaffafah dari ANNA yg
termasuk dari amil nawasikh menashabkan isimnya dan merofa’kan khobarnya. Maka
AN dalam hal ini mempunyai tiga hukum
Isimnya berupa Dhamir Syaen yg terbuang.
Fi’il Mudhari’ yg ada setelahnya tetap Rofa’.
Umumnya ada Fashl/pemisah antara Fi’il Mudhari dan AN,
dengan salah-satu huruf pemisah yg empat sebagaimana telah disebutkan pada Bab
INNA dan saudara-saudaranya. Pemisahan ini bertujuan untuk membedakan antara AN
mukhaffafah dengan AN Mashdariyah. Contoh:
أيقنت أن سيندم الظالمون
Ayqantu AN SAYANDAMU azh-Zhaalimuun = Aku meyakini
bahwa orang-orang yg zalim pasti akan menyesal.
Contoh dalam Ayat Al-Qur’an :
عَلِمَ أَنْ سَيَكُونُ مِنْكُمْ مَرْضَى
Alima AN SAYAKUUNU minkum mardhoo = Dia mengetahui
bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit (QS. Al Muzammil 20)
I’rob :
AN = Mukhaffafah dari ANNA, Isimnya berupa dhamir syaen yg dibuang.
SA = huruf tanfis (huruf istiqbal) sebagai fashl.
YAKUUNU = Fi’il Mudhari’ Marfu’ tanda rofa’nya dengan dhammah, termasuk Fi’il Naqish (tidak tamm) yakni merofa’kan isimnya dan menashabkan khobarnya.
MINKUM = Khobarnya Yakuunu yg muqoddam.
MARDHOO = Isimnya Yakuunu yg muakhkhor.
Jumlah Yakuunu+Isim+khobar = Khobarnya AN Mukhoffafah.
AN = Mukhaffafah dari ANNA, Isimnya berupa dhamir syaen yg dibuang.
SA = huruf tanfis (huruf istiqbal) sebagai fashl.
YAKUUNU = Fi’il Mudhari’ Marfu’ tanda rofa’nya dengan dhammah, termasuk Fi’il Naqish (tidak tamm) yakni merofa’kan isimnya dan menashabkan khobarnya.
MINKUM = Khobarnya Yakuunu yg muqoddam.
MARDHOO = Isimnya Yakuunu yg muakhkhor.
Jumlah Yakuunu+Isim+khobar = Khobarnya AN Mukhoffafah.
2. AN yg diawali dengan Kalimah yg menunjukkan makna
zhann/rujhaan, semisal ZHONNA, KHOOLA, HASIBA dkk. Boleh AN disini disebut AN
mukhaffafah dari ANNA yg menetapkan Fi’il Mudhari’ Marfu’ berikut ketiga hukum
diatas. Dan yg banyak digunkan dan rojih adalah sebagai AN mashdariyah yg
menashobkan Fi’il Mudhari’ demikian ini untuk menetapkan asal Zhann pada
batasannya. Sedangkan menetapkan merofa’kan Fi’il Mudhari’ dapat memastikan
pada makna Yakin.
Contoh dalam Ayat Al-Qur’an :
وَحَسِبُوا أَلَّا تَكُونَ فِتْنَةٌ
WAHASIBUU ALLAA (AN LAA) TAKUUNA FITNATUN = Dan
mereka mengira bahwa tidak akan terjadi suatu bencanapun (QS. Al-Maidah 71).
I’rob :
TAKUUNA =
TAKUUNA =
(1). Qiro’at Abu Amr dan Hamzah berikut Al-Kasaa’i
merofa’kan TAKUUNU dg menjadikan AN mukhaffafah dan HASIBUU bermakna Yakin
karena AN Takhfif berfungsi Taukid sedang Taukid tidak terjadi kecuali
bersamaan dg makna Yakin.
(2). Qiro’at yg empat selain Abu Amr dan Hamzah
menashabkan TAKUUNA sebagai Amil Nashab pada Fiil Mudhari’ dan HASIBUU bermakna
Zhann/sangkaan. Karena AN yg menashobkan bukanlah sebagai Taukid bahkan sesuatu
yg diawali dg AN ini boleh saja akan terjadi ataupun tidak terjadi.
3. AN yg tidak diawali kalimah makna Yakin ataupun makna
Zhan, yaitu sebagai kalam yg menunjukkan atas keraguan, harapan, atau
keinginan. AN dalam penggunaan seperti ini adalah wajib menashabkan Fi’il
Mudori’, contoh :
أرجو أن ينتصر الحق
ARJUU AN YANTISHIRO AL-HAQQ = aku berharap yang
benar akan menang.
Contoh Ayat dalam Al-Qur’an:
وَالَّذِي أَطْمَعُ أَنْ يَغْفِرَ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ
الدِّينِ
Walladzii athma’u AN YAGHFIRO lii khothii’atii
yaumad-diin = dan Yang amat kuinginkan AKAN MENGAMPUNI kesalahanku pada hari
kiamat (QS. Asy-Syuaraa’ 82)
I’rob :
AN = Huruf Mashdariyah Amil Nashab
YAGHFIRO = Fi’il Mudhari’ Manshub oleh AN.
AN = Huruf Mashdariyah Amil Nashab
YAGHFIRO = Fi’il Mudhari’ Manshub oleh AN.
Para Nuhat Menyebut AN MASHDARIYAH untuk membedakan
dengan AN Mukhoffafah/Takhfif, AN Mufassiroh/Tafsiriyah dan AN Zaidah.
Pengertian AN Mashdariyah sebagaimana keterangan diatas.
Pengertian AN Mashdariyah sebagaimana keterangan diatas.
AN Mufassiroh digunakan sebagai
penafsiran atau penerangan kalam sebelumnya. AN dalam hal ini bermakan AY
Mufassiroh (Artinya/Tafsirannya/Yakni/). Biasanya diawali dengan jumlah yg
didalamnya mengandung makna Qaul yg bukan huruf Qaul (bukan dari ejaan lafazh
Qoul), contoh dalam Ayat Al-Qur’an:
إِذْ أَوْحَيْنَا إِلَى أُمِّكَ مَا يُوحَى, أَنِ
اقْذِفِيهِ فِي التَّابُوتِ فَاقْذِفِيهِ فِي الْيَمِّ
Idz awhaynaa ilaa ummika maa yuuhaa, AN IQDZIFIIHI
fit-tabuuti faqdzifiihi fil-yammi = yaitu ketika Kami mengilhamkan kepada ibumu
suatu yang diilhamkan, Yaitu: “Letakkanlah ia (Musa) didalam peti, kemudian
lemparkanlah ia ke sungai (Nil) (QS, Thohaa 38-39)
I’rob :
IDZ AWHAYNAA = jumlah Qoul yg bukan dari ejaan Qoul.
MAA YUUHAA = bentuk dari Qoul
IQDZIFIIHI FIL-YAMMI = tafsir dari bentuk Qoul, adalah jumlah tafsir yg jatuh setelah AN tafsiriyah di-I’rob sebagai Badal atau Athaf Bayan dari Kalimah yg ditafsiri.
IDZ AWHAYNAA = jumlah Qoul yg bukan dari ejaan Qoul.
MAA YUUHAA = bentuk dari Qoul
IQDZIFIIHI FIL-YAMMI = tafsir dari bentuk Qoul, adalah jumlah tafsir yg jatuh setelah AN tafsiriyah di-I’rob sebagai Badal atau Athaf Bayan dari Kalimah yg ditafsiri.
AN Zaidah, yaitu jatuh sesudah lafazh LAMMA
yg bermakna HIINUN (ketika/tatkala), contoh Ayat dalam Al-qur’an :
فَلَمَّا أَن جَاء الْبَشِيرُ
Fa lammaa AN jaa’al-basyiiru = Tatkala telah tiba
pembawa kabar gembira itu (QS. Yusuf 96)
وَلَمَّا أَنْ جَاءَتْ رُسُلُنَا لُوطًا سِيءَ بِهِمْ
Wa lammaa AN jaa’at rusulunaa luuthan sii’a bihim =
Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia
merasa susah karena (kedatangan) mereka (QS. Al-‘Ankabut 33)
Atau bersambung dengan LAW, contoh :
وَأَلَّوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ
لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَاءً غَدَقًا
Wa ALLAW (AN+LAW) istaqoomuu ‘alath-thoriiqoti la
asqoynaahum maa’an ghadaqoo. = Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan
lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum
kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak). (QS. Al-Jin 16)
AN Zaidah dalam hal ini tetap mempunyai faidah makna
yakni sebagai taukid.
Sebagaimana AN yg masuk pada Fi’il Mudhari’, AN juga bisa
masuk pada Fi’il Madhi ataupun Fi’il Amar, namun AN disini tidak memberi bekas
I’rob pada kedua Fi’il tsb yakni tidak akan menjadi mahal Nashab karenanya, dan
juga tidak akan merubah Zamannya.
Contoh AN masuk pada Fi’il Madhi :
لَوْلَا أَنْ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا
Laulaa AN MANNA allahu ‘alainaa lakhosafa binaa =
kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah
membenamkan kita (pula). (QS. Al-Qashash 82)
Contoh AN masuk pada Fi’il Amar :
أَنِ اعْمَلْ سَابِغَاتٍ
AN I’MAL saabighaatin = (yaitu) buatlah baju besi
yang besar-besar (QS. Saba’ 11).
Posting Komentar