Ilmu Balaghah Bag.1


C. ILMU AL-BAYÂN
Al-Bayân secara etimologi berarti penyingkapan, penjelasan dan keterangan. Sedangkan secara terminologi, Ilmu Bayân berarti  dasar dan kaidah-kaidah yang menjelaskan keinginan tercapainya satu makna dengan bermacam-macam metode (gaya bahasa), bertujuan menjelaskan rasionalitas semantis dari makna tersebut.[23]
Berangkat dari pengertian Ilmu Bayan yang berisi bermacam-macam metode untuk menyampaikan makna, maka obyek kajiannya-pun berkisar pada berbagai corak gaya bahasa yang merupakan metode penyampaian makna. Obyek kajian ilmu Bayan meliputi: (1) Tasybîh (2) Majâz, dan (3) Kinâyah.
1. al-Tasybîh(comparison[24])
Al-Tasybîh adalah seni penggambaran yang bertujuan menjelaskan dan mendekatkan sesuatu pada pemahaman, tasybîh merupakan ungkapan yang menerangkan adanya kesamaan sifat diantara beberapa hal, yang ditandai dengan kata-sandang kaf (bak/laksana) dan sejenisnya, baik secara tersurat maupun tersirat. Tasybîh mempunyai beberapa variabel, diantaranya: Musyabbah, Musyabbah bih -keduanya disebut sebagai dua titik pokok tasybih-, Adâtu al-Tasybîh dan Wajhu al-Syibhi.[25] Dari beberapa variabel ini kemudian memunculkan beberapa macam tasybih, yaitu:
a. Tasybih Mursal, yaitu tasybih yang disebutkan adât (kata sandang)-nya, contoh:
أنت كالليث في الشجاعة والإقــ * دام والسيف في قراع الخطوب
b.     Tasybih Muakkad, yaitu tasybih yang dibuang adât (kata sandang)-nya, contoh:
أنت نجم في رفعة وضياء * تجتليك العيون شرقا وغربا
c. Tasybih Mujmal, yaitu tasybih yang dihilangkan wajah sibhi-nya., contoh:
كأنهن بيض مكنون
d.     Tasybih Baligh, yaitu tasybih yang tidak ada adat dan wajah shibhi-nya, contoh:
ركبوا الدياجى والسروج أهــ * لة وهم بدور والأسنة  أنجم
2. Al-Majâz(allegory)[26]
Majâz secara etimologi terbentuk dari kata jâza al-syai’ yajûzuhu (melampaui sesuatu). Sedangkan secara terminologi, majâz menurut al-Jurjani berarti nominal yang dimaksudkan untuk menunjuk sesuatu yang bukan makna tekstual, karena adanya kecocokan antara keduanya (makna tekstual dan kontekstual).[27]
Majâz ada dua macam, yaitu:
a. Majâz Lughawi
Majâz Lughawi adalah ujaran yang digunakan untuk menunjuk sesuatu diluar makna tekstual (dalam istilah percakapan) karena adanya korelasi (dengan makna kiasan), dengan adanya indikasi yang melarang pemaknaan asli (tekstual).[28] Majâz Lughawi dibagi lagi menjadi dua macam: Isti’ârah dan Majâz Mursal.
1) Isti’ârah
Istiârah adalah majâz dimana hubungan antara makna asli dengan makna kiasan bersifat hubungan ke-serupa-an. Isti’ârah dilihat dari segi penyebutan musyabbah dan musyabbah bih-nya dibagi lagi menjadi dua macam[29]:
a)      Al-Isti’ârah al-Tashrihiyyah: adalah isti’ârah yang diutarakan dengan tetap menyebutkan kata-kata musyabbah bih-nya, contoh:
وأقبل يمشى فى البساط فما درى * إلى البحر يسعى أم إلى البدر يرتقى
b)     Al-Isti’arah al-Makniyyah: adalah isti’ârah yang dibuang musyabbah bih-nya dan digantikan dengan sesuatu yang lazim dengan itu, contoh:
وإذا المنية أنشبت أطفارها *   ألفيت كل تميمة لا تنفع
Dilihat dari segi pengambilan kata-kata yang dijadikan isti’ârah, isti’ârah ada dua macam, yaitu:
a)      Isti’ârah Ashliyyah : yaitu isti’ârah yang mana kata-kata isti’arah-nya berasal dari ism jins (generik noun: kumpulan noun berupa sesuatu non-personal), contoh:
كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ (إبراهيم: 1)
b)     Isti’ârah Taba’iyyah: yaitu isti’ârah yang kata-kata isti’arah-nya diambil dari isim, fiil ataupun huruf, contoh:
وَلأُصَلِّبَنَّكُمْ فِي جُذُوعِ النَّخْلِ وَلَتَعْلَمُنَّ أَيُّنَا أَشَدُّ وَأَبْقَى (طه:71)
Dilihat dari pengkiasan musyabbah dan musyabbah bih-nya, isti’arah dibagi menjadi tiga macam:
a.       Al-Isti’arah al-Murasysyahah: yaitu isti’ârah yang disebutkan pengkiasan pada musyabbah bih-nya, contoh:
أُولَـئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوا الضَّلاَلَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَت تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ (البقرة: 16)
b.      Al-isti’ârah al-Mujarradah: yaitu isti’ârah yang disebutkan pengkiasan pada musyabbah-nya, contoh:
وليلة مرضت من كل ناحية * فما يضئ لـها نجم ولا قمر
c)      Al-Isti’ârah al-Muthlaqah: yakni isti’ârah yang tidak disebutkan pengkiasan pasa musyabbah dan musyabbah bih-nya, ataupun disebutkan keduanya secara bersamaan, contoh:
الَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِن بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَآأَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الأَرْضِ أُوْلَـئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ (البقرة: 27)
2) Majâz Mursal
Majâz Mursal adalah majâz dimana hubungan pemaknaannya tidak bersifat ke-serupa-an. Majâz mursal dilihat dari segi pengkiasannya dibagi ke dalam beberapa bentuk, diantaranya[30]:
a)       As-Sababiyyah , contoh:
له أياد علي سابغة  *  أعد منها ولا أعددها (المتنبى)
b)      Al-Musabbabiyyah, contoh:
فمن شهد منكم الشهر فليصمه (الآية)
c)       Al-Kulliyah, contoh:
يقولون بأفواههم ما ليس في قلوبهم (الآية)
d)      Al-Juz`iyyah, contoh:
فرجعنك إلى أمك تقر عينها ولا تحزن (الآية)
e)       I’tibâr mâ kâna, contoh:
وآتو اليتامى أموالـهم (الآية)
f)       I’tibâr mâ yakûnu, contoh:
إني أرني أعصر خمرا  (الآية)
g)      Al-Hâliyah, contoh :
واسأل القرية التى كنا فيها (الآية)
h)      Al-Mahalliyah, contoh:
وأما الذين ابيضت وجوههم ففى رحمة الله (الآية)
b. Majâz ‘Aqli
Majâz ‘aqli adalah majâz yang menyandarkan fi’il (verb) atau sejenisnya bukan kepada pemaknaan yang sebenarnya karena adanya indikasi yang melarang pemakmaan yang sebenarnya (tekstual)[31]. Ada beberapa model hubungan pengkiasan dalam majâz ‘aqli, diantaranya:
1)      Hubungan sebab akibat,  contoh:
وإذا تليت عليهم آياته زدتهم إيمانا
2)       Hubungan waktu, contoh:
يوما يجعل الولدان شيبا
3)      Hubungan tempat, contoh:
وجعلنا الأنهار تجرى من تحتهم
3. Al-Kinâyah(metonymy[32])
Kinâyah secara etimologi adalah sesuatu  yang dibicarakan oleh seseorang namun maksudnya lain. Secara terminologi, kinâyah berarti ujaran yang dimaksudkan bukan untuk makna sesungguhnya, namun diperbolehkan menggunaan makna sesungguhnya karena tidak adanya indikasi yang melarang keinginan pemaknaan haqiqî.[33]
Kinâyah dilihat dari segi kedudukan kalimatnya dibagi menjadi tiga, yaitu[34]:
a)       Berkedudukan sebagai sifat,contoh:
قالت الخنساء فى أخيها صخر: طويل النجاد رفيع العماد * كثير الرماد إذا ما شتا
b)      Berkedudukan sebagai mausûf, contoh:
الضاربين بكل أبيض مخدام * والطاعنين مجامع الأضغان
c)       Berkedudukan sebagai nisbat, contoh:
إن السماحة والمروءة والندى * فى قبة ضربت على ابن الحشرج


Posting Komentar

[blogger]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.